Senin, 31 Juli 2017

Produk Gue Sampah!




Saya dulu awal-awal membuka bisnis Netepan Sajadah Denim rasanya optimis banget. Tapi ada yang ngeganjel saat pembuatan produk. Saya ga terlalu pede ngejualin produknya. Karena apa? Produk yang saya mau ga sesempurna apa yang saya bayangkan. Tapi karena perlu uang, yaaa jual aja. Dari pada numpuk jadi fosil purbakala.

Awalnya agak ga sempurna. Dari banyak sisi kurangnya. Setelah saya jual dan mendapat respon, ternyata ada yang puas dan bilang lucuuuuuu (sambil monyongin bibir ala-ala dedek emesh). Yaa tetap aja ada banyak kritik sana-sini. Tapi ada kepuasan saat orang lain puas.

Nyatanya rata-rata pengusaha pemula mengalami hal yang serupa. Produknya malu-maluin. Tapi, dari situ kita tau apa yang costumer mau. Sebenarnya mindset pebisnis itu harus menggunakan “kaca mata” costumer. Karena kita tidak bisa menyamakan apa yang bagus menurut kita belum tentu bagus meurut costumer.

Ini yang penting untuk para pengusaha pemula termasuk saya yang harus banyak belajar. Riset apa yang mereka inginkan, yang mereka tidak inginkan dan solusi apa yang mereka butuhkan. Ga sampai disitu juga. Termasuk apa yang mereka pikirkan, rasakan dan macam-macam. Makanya produk harus costumer sentris. Jangan menggunakan persepsi atau ego pribadi.


Bagaimana agar kita tau apa yang mereka inginkan? Bertanyalah. Gunakan data. Bisa juga lewat mengisi kuisioner, wawancara atau data yang melimpah di internet. Jangan sampai produk yang kita buat sangat keren dengan segala keunggulan dan keunikannya tapi tidak dibutuhkan costumer. Sekali lagi gunakan “kaca mata” mereka. Bukan menggunakan persepsi atau ego pribadi. Kalau dulu ngerasa produk sendiri kayak sampah, sekarang mah nyantai aja hehehe. Caw!

Selasa, 25 Oktober 2016

Kenapa Harus Fokus?

Jadi begini, semakin kita ga fokus, semakin ga ada  sesuatu yang kita kerjakan menjadikan kita AHLI di bidang itu. Kalau aku ditanya olah raga yang aku bisa apa? Banyak. Sepak bola, futsal, volley, bulu tangkis, renang, catur, basket, lari dan olah raga jari (ngetik). tapiiiiii, ga ada yang benar-benar jadi prestasi yang WAH. Walaupun pernah terbaik pemain basket se-SMP tapi ga pernah juara, pelari tercepat di SMA, juara 1 futsal di kampus, mentok juara 2 di kampung halaman dan top skor. Walaupun dengan begitu ga bawa ke tingkat yang lebih. Cuma gitu-gitu aja. Karena ga diseriusin. Abis ini pindah yang lain lagi.

Kemampuan design. Bisa juga. Corel draw, photoshop, editing video, photograpy. Internet marketing juga. social media strategy, facebook ads, instagram ads, youtube, blogger, marketing research, SEO (search engine optimation). Masih ada beberapa hal-hal yang bisa dilakukan. Kayak masak (bisnis kuliner gagal kayaknya karena ga enak -__-), ilmu NLP, buat business plan, psikologi terapan dan yang lainnya lah. Entar dikira sombong kalau disebutin semua.

Intinya begini, kelihatannya banyak hal yang aku bisa. Kelihatannya keren. Tapiiiiiiii, ga ada satupun yang benar-benar AHLI di situ.  Ga ada yang jadi master di bidangnya. Bukannya menyesali atau ga bersyukur. Ini adalah pelajaran semakin banyak hal yang kita bisa semakin ga ahli. Kita bukan superman. Kalau mau lihat para ahli lain yang keren banyaaak. Albert einstein di bidang fisika. Malah lebih spesifik teori relativitas, mekanika dsb. Ga semua bidang fisika apalagi bidang biologi.

Ini bukan membatasi kalau focus di satu bidang. Bukan. Malah membuka hal yang tak terduga lainnya. Kalaupun mau mengerjakan yang lainnya yaa sebatas “hiburan” untuk pengetahuan umum biar bisa nyambung diajak ngobrol orang lain. Tapi bukan buat ditekuni lagi. Bisa dilihat berapa banyak waktu yang dihabiskan hal itu. Kalau mau jadi penulis ya berjam-jam nulis, baca buku dan “membaca” sekitar. Jika musisi, setidaknya 8 jam sehari latihan. Begitu juga bidang lainnya.

Ingin bermanfaat banyak orang? Ya juga fokus. Jadilah pengacara yang ahli, petani yang ahli, pebisnis yang ahli, peneliti yang ahli, ilmuan yang ahli, internet marketer yang ahli, designer yang ahli dan bidang lainnya. Dan ingin dampak yang besar, BERKOLABORASI. Misal, ingin buat program sekolah gratis yang punya karakter. Ada penyokong dana dari pengusaha, bagian hukum yang bisa menjamin legalitas, pendidik yang punya metode modern untuk pengajar dan murid, “hantu” media social agar bisa kebaikan tersebar dan menjadi contoh, ahli management agar rencana berjalan baik dan aspek lainnya. Semuanya ngumpul jadi satu. Tinggal “kue” bagian mana yang mau kita ambil. Karena saat ini kolaborasi adalah cara baru untuk berkompetisi. Kira-kira begitulah.

Ga peduli juga orang lain udah samapi mana. karena kita ga tau juga udah berapa lama dia untuk sampai di sana. ga peduli juga momentum ketinggalan sama yang lain. biarkan yang lain jadi kutu loncat sedangkan kita hanya di satu hal. biar sampai akhirnya kita tuai. kita manfaatkan. untuk jadi ahli perlu 10.000 jam. stay focus.

Kertas yang terbakar karena kaca pembesar disebabkan oleh cahaya yang difokuskan. 

Minggu, 31 Juli 2016

Pertanyaan-pertanyaan

Sebelum engkau lahir, masih di dalam rahim, kedua orangtuamu bertanya sambil mengelus-ngelus perut sang ibu
“apa jenis kelaminmu?”
“mirip ayahnya atau ibunya?”
“normal atau tidak?” atau apalah

Tapi jauh sebelum dari itu malaikat bertanya kepada Allah tentang engkau
"…Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?..."

Pada saat engkau sudah terlahir, bisa berlari, pandai berbicara dan mulai mengenal dunia. Orang-orang akan bertanya
“siapa namamu?”
“sekolah dimana?”
“suka main apa?”
“cita-cita kamu apa?”

Dan ketika kamu harus menentukan mau kemana arah hidupmu. Orang-orang terus bertanya
“kuliah di mana?”
“jurusan apa?”
“semester berapa?”

Ketika engkau menyentuh angka 20an. Pertanyaan mulai menyesakkan.
“kapan wisuda?”
“kerja apa?”
“kerja di mana?”
“kapan nikah?”

Mungkin akan berlanjut…
“anak sudah berapa?”
“anak sekolah di mana?”
Daaan banyak pertanyaan lainnya.

Hingga akhirnya tak ada lagi orang yang bertanya tentang engkau. Mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Sampai saatnya sang malaikat yang bertanya…..
“Man Rabbuka? Siapa Tuhanmu?
“Man Nabiyyuka? Siapa Nabimu?
“Ma Dinuka? Apa agamamu?
“Man Imamuka? Siapa imammu?
“Aina Qiblatuka? Di mana kiblatmu?
“Man Ikhwanuka? Siapa saudaramu?

Minggu, 03 Juli 2016

Pulang

Pulang kampung atau mudik sudah menjadi tradisi yang polpuler di Indonesia. Setiap hari raya idul fitri orang-orang berbondong-bondong pulang ke kampong halaman. Setelah mencari keberuntungan di tanah rantau. Entah itu yang kuliah, kerja ataupun memang karena tugas. Kalau boleh saya bilang, tanah rantau adalah tanah perjuangan. Berjuang demi pendidikan, ekonomi bahkan agama.

Pulang ke kampung halaman. Bagi para perantau, pulang seperti halnya mencari kedamaian. Bertemu kembali rindu-rindu yang selama ini terhalang oleh ruang dimensi. Pulang bertemu dengan keluarga tercinta, sanak saudara dan teman seperjuangan dulu. Pulang dari kebisingan kota kembali desa. Pulang kembali ke tempat kita dilahirkan. Kembali menjadi bukan apa-apa. Karena pangkat, jabatan ataupun gelar tidak banyak berpengaruh di sana.

Kadang tidak jarang para perantau membawa bekal sangat banyak untuk sanak keluarga. Hingga berkoper-koper, tas-tas dan kantong bawaan yang bejubel. Memang menyedihkan ketika pulang tak membawa apa-apa. Tanpa membawa sedikitpun oleh-oleh. Seperti tidak membawa hasil apapun.

Pulanglah. Kampung halaman kita yang sebenarnya adalah kampung akhirat. Kesana kita akan kembali. Dunia hanyalah tempat singgah. Hanya sementara untuk mencari bekal. Memang menyedihkan ketika pulang tanpa bekal. Tanpa “oleh-oleh” untuk kembali. Kita memang perantau di dunia. Semoga kita pulang dengan keadaan yang sebaik-baiknya.